Tren keluarga muda saat ini menemui titik puncaknya, dimana memiliki rumah idaman yg mungil dan asri namun tetap memenuhi fungsi kebutuhan keluarga. apalagi disaat keluarga kecil bertambah dengan kehadiran buah hati yang menambah fungsi rumah yang sudah padat dan berisi.
Sebuah lesson learned interior project dari keluarga muda bertempat di depok perumahan Maharaja menjadi salah satu tantangan bagi kami untuk menemukan solusi dari permasalahan yang hadir saat kebutuhan untuk edukasi buah hati dirasa perlu untuk di sediakan space khusus di dalam rumah, yaitu “ruang baca dan belajar”.
Dalam rumah yang padat nan berisi ini kami melihat suasana yang asri dan tertata oleh sang ibu dimana kesadaran akan rumah menjadi pendidikan pertama bagi sang buah hati terasa dalam pengalaman ruang yang kami rasakan. ketika kami memasuki ruang tamu kami melihat seater yang apik seakan menyambut hangat kedatangan kami.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9UHFlQ2kzMDVwckk/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
Dari pembicaraan kami dengan sang pemilik, keinginan untuk menempatkan sebuah ruang baca bagi si anak sudah lama ingin direalisasikan namun melihat kondisi tata ruang yang sudah cukup padat membuat niat tersebut tertunda, yang ada hanya rak buku saja terletak di sudut ruangan antara kamar mandi dan ruang keluarga.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9U1hmSDRuVEl0Vk0/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
“Selama ini kebiasaan membaca buku sambil menonton televisi, sehingga hasilnya tidak maksimal karena terganggu dengan tayangan televisi.”
Penempatan rak buku dengan ruang tv memang terasa menyatu sehingga dikhawatirkan kegiatan membaca sambil menonton tv akan menjadi kebiasaan bagi si anak. ini yang di khawatirkan oleh pemilik.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9SF9LWFFMcjlmejA/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai ruang baca seperti apa yang diinginkan, apakah ada referensi yang sudah dimiliki, dan kegiatan apa saja yang biasanya anak lakukan ketika belajar atau sambil membaca buku, dan pertanyaan lain yang dirasa mampu untuk menyelami isi pikiran pemilik dan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan diakomodasi dalam desain.
Dalam proses desain saya coba menguraikan hal apa saja yang didapat dari hasil survey dan proses diskusi dengan pemilik. kegiatan ini dibagi dalam beberapa tahapan, antara lain :
Tahap 1 proses zoning dan program ruang
Pertama-tama setelah menggambar layout eksisting, lalu memetakan ruangan kedalam 3 zona, yaitu zona publik, semi publik/transisi, dan privat untuk melihat alur sirkulasi yang nyaman dan di tempatkan dimana ruang baca tersebut
Pembagian Zona | Nama Ruangan |
Publik | Ruang Tamu |
Toilet / kamar mandi | |
Semi Publik/transisi | Ruang TV
Ruang Baca dan belajar |
Privat | Ruang Tidur |
Dari pembagian zona tersebut, maka berdasarkan analisa, keputusan nya ialah Ruang baca akan ditempatkan ke dalam zona transisi dengan pertimbangan,
- Pola Perilaku keluarga dihabiskan dengan waktu berkumpul bersama di Ruang TV
- Orang tua ingin tetap mengawasi kegiatan anak belajar atau menemani membaca
- Sudah terdapat rak buku di area tersebut.
Namun terdapat permasalahan utama, yaitu dengan menyatunya area menonton dengan tempat membaca, maka hal ini perlu disiasati meskipun berada dalam satu area namun perlu memiliki tempat yang terpisah.
dari layout yang ada, di telaah berdasarkan ergonomi yang bersumber dari Buku Architect’s Data karangan Neufert, dimana buku ini menjadi kamus acuan bagi para arsitek untuk men-study standar dimensi yang layak dan nyaman.
temuan kami ialah di area TV, jarak dari sofa menuju TV memiliki jarak pandang yang cukup jauh yang apabila dapat ditarik akan memberikan suatu space yang cukup, ditambah dengan penerangan jendela dari kedua sisi kanan dan kiri sehingga area ini menjadi lokasi yang cocok dan efektif dari segi pencahayaan, suasana dan ukuran dimensi yang dibutuhkan untuk sebuah area baca.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9Q0pQa201NjVzd2c/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
dari pola ini dikembangkan untuk memisahkan area tv dan di tempatkan sebuah area baca yang “cukup efisien” namun tetap nyaman dan sesuai kebutuhan. dengan melihat adanya stop kontak di area tamu (di belakang sofa) maka diputuskan untuk memutar posisi TV menjadi menghadap area tamu, dan sebagai pembatas ruang di letakan sebuah partisi double-sided yang akan berfungsi sebagai tempat hiasan menghadap ruang tamu dan menaruh tv ke ruang keluarga sehingga fungsi partisi ini akan menjadi efektif. Dengan perubahan penempatan tv maka tercipta sebuah space yang siap untuk di bentuk menjadi ruang baca.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9OEN0RFlXdU1YR1k/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
Tahap 2 Konsep dan Mood Board
Kemudian kami lanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu mencari sebuah konsep dan referensi tentang Ruang baca yang seperti apa yang dapat menjawab keinginan sang pemilik. diputuskan bahwa definisi ruang baca ialah bukan suatu ruangan tertutup namun suatu area yang terpisah secara feel dan tanpa sekat, hal ini di wujudkan dalam perbedaan leveling antara ruang baca dan ruang sekitarnya.
Beranjak dari keinginan pemilik yang ingin ruang baca tersebut cozy and fun maka, dari perbedaan leveling yang ingin diwujudkan digabungkan dengan konsep “lesehan” dimana suasana menjadi lebih santai menggunakan bantal-bantal besar dan berwarna daripada menggunakan meja dan kursi yang akan terkesan formal. Dari ketinggian panggung ini pun dapat bermanfaat menjadi laci untuk menyimpan buku atau peralatan lain nya sehingga memaksimalkan fungsi lesehan tersebut. Selain pada panggung, kami juga menempatkan sebuah papan tulis chalk board sebagai media menulis bebas dan ambalan-ambalan unik dan berwarna cerah untuk melengkapi konsep cozy and fun tersebut.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9V0JLZk1Sd3E0WlU/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
konsep partisi untuk Ruang tv dibuat simpel namun elegan, dan untuk menyambungkan cerita dengan area baca yang berwarna, kami menempatkan elemen bantal-bantal berwarna dan karpet bermotif. Pemilihan warna pun tidak lepas dari warna yang telah ada pada ruang tamu sehingga alur cerita yang di bentuk tidak terhenti di satu area saja, melainkandi seluruh ruangan akan menjadi satu cerita yang utuh dan pengalaman ruang yang menyatu.
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9UTRka2JOYUlScEE/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
Setelah dibuatkan sebuah konsep dan moodboard, langkah berikutnya bertemu kembali dengan pemilik sebagai bahan diskusi dan menjelaskan konsep dan desain yang sudah di buat. Syukur Alhamdulilah, pemilik sangat excited dengan konsep tersebut.
“Konsep nya suka dan furniture nya ternyata multifungsi dengan keterbatasan ruangan yang ada.”
Tahap 3 visualisasi 3D dan gambar kerja
Persetujuan pihak pemilik dilanjutkan dengan pembuatan visualisasi agar lebih menjabarkan konsep tersebut kedalam desain yang sebenarnya. dengan bantuan beberapa software 3D seperti Sketchup dan lumion, kami memberikan tampilan visualisasi kepada pemilik, dan untuk gambar kerja menggunakan software Autocad.
view 1 after design
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9Rk5rRzFNdXlIZXM/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
view 2 ruang baca
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9NDhPSGhIc3gtQXM/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
view 3 ruang tv
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9WG9CSlZtMGZnYzg/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
view 4 new ambience
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9SVZ6c3VDTHUzTzQ/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
untuk lebih merasakan ruang, kami memberikan animasi video singkat sebagai berikut
[googleapps domain=”drive” dir=”file/d/0B-GMqQMW4Si9eUJMRDJTSkVtUlE/preview” query=”” width=”640″ height=”480″ /]
Semoga lesson learned interior project ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan berbagi cerita untuk kita, Terimakasih.